Iklim adalah rata-rata kondisi cuaca pada suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu yang lama, umumnya 30 tahun. Perbedaan utama iklim dengan cuaca adalah jangka waktunya.
Ternyata, iklim di bumi
ini berbeda-beda, sesuai dengan lokasinya serta faktor-faktor penentu iklim
lainnya.
Oleh karena itu,
dibutuhkan sistem klasifikasi yang dapat mengkategorikan dan membagi-bagi iklim
tersebut kedalam kategori yang jelas.
Faktor Penentu Iklim
Faktor yang mempengaruhi
iklim sebenarnya sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi cuaca.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah
- Suhu
- Matahari
- Tekanan Udara
- Topografi
- Badan Air
- Angin
- Perawanan
Tujuan Klasifikasi Iklim
Secara umum, klasifikasi
iklim diciptakan agar para ahli dapat lebih mudah mengkategorikan iklim-iklim
yang ada di dunia.
Selain itu, dengan
melakukan kategorisasi dan klasifikasi iklim, para ahli dapat dengan lebih
mudah mengkomunikasikan hasil penelitian mereka kepada masyarakat luas.
Hal ini dapat
meningkatkan kesadaran dan kecerdasan masyarakat dalam menanggapi iklim.
Informasi ini sangat penting bagi para petani dan nelayan yang musim panen nya
kerap dikontrol oleh musim yang ada dan pola iklim yang berlaku.
Secara umum, klasifikasi
iklim paling sederhana dan berlaku secara global adalah iklim fisis dan iklim
matahari. Kedua klasifikasi ini dipengaruhi oleh matahari serta faktor fisik
lingkungan tersebut.
Di Indonesia, umumnya
terdapat 3 jenis klasifikasi iklim yang digunakan untuk menjelaskan hal yang
berbeda-beda pula.
Iklim koppen digunakan
untuk menjelaskan persebaran vegetasi yang ada di nusantara, serta pola-pola biogeografi, ekosistem,
serta ekoregion yang ada.
Iklim Schmidt-Ferguson
digunakan untuk menentukan kekeringan suatu wilayah. Klasifikasi ini
menggunakan konsep bulan basah dan bulan kering untuk menilai suatu wilayah.
Iklim Oldeman digunakan
untuk menentukan musim tanam padi pada suatu lokasi. Iklim Oldeman memanfaatkan
klasifikasi bulan basah dan kering dari Schmidt-Ferguson dan mengkorelasikannya
dengan kebutuhan air padi.
Selain ketiga iklim
diatas, kita juga kerap mengenal klasifikasi iklim Junghuhn yang digunakan
sebagai gambaran umum penanaman tanaman kebun di Indonesia.
1. KLasifikasi
iklim Matahari
Iklim matahari merupakan
klasifikasi iklim yang menghitung paparan sinar matahari yang diterima suatu
wilayah dalam kurun waktu tertentu.
Klasifikasi ini membagi
zona iklimnya sesuai dengan lokasi geografis lintangnya.
Semakin ke utara dan
selatan suatu wilayah semakin sedikit paparan mataharinya, sedangkan semakin ke
tengah (kathulistiwa) semakin tinggi pula paparan mataharinya.
Klasifikasi iklim
matahari
Berdasarkan diagram
diatas yang dicetuskan oleh Waryono pada tahun 1987, terdapat 4 klasifikasi
iklim matahari, yaitu:
· Iklim
Tropis
Vaitape di frech Polynesia merupakan
contoh daerah dengan iklim tropis (Julius
Silver)
Iklim ini berada disekitar kathulistiwa dan dibatasi oleh garis
lintang 23,5′ LU Tropic of Cancer dan 23,5′ LS Tropic of Capricorn.
Daerah ini merupakan satu-satunya aderah di bumi yang mengalami
paparan sinar matahari tepat diatas kepala, atau lurus 90′.
Pada wilayah ini, suhu rata-rata harian tergolong tinggi, bahkan
dapat mencapai angka 30’C. Hal ini terjadi karena terdapat paparan sinar
matahari yang sangat intens.
Meskipun suhu rata-ratanya tinggi, amplitudo (perbedaan) suhu
tahunan nya tidak terlalu tinggi. Hal ini terjadi karena paparan matahari cukup
konstan sehinga wilayah ini senantiasa hangat.
Wilayah ini juga kerap mengalami lebih
banyak hujan dan perawanan dibandingkan daerah
lain di dunia, hal ini terjadi karena adanya daerah konvergensi antar tropik.
· Iklim
Sub Tropis
Amalfi Coast di Itali merupakan contoh iklim sub
tropis. (pixabay)
Iklim sub tropis meliputi lintang 23,5 hingga lintang 40 utara dan
selatan. Iklim ini ditandai dengan keberadaan 4 musim dalam satu tahun yaitu
musim panas, dingin, semi, dan musim gugur.
Negara yang termasuk kedalam daerah subtropis antara lain adalah
- Beberapa bagian Eropa kecuali Skandinavia (Swedia, Norwegia, Finlandia, Islandia) dan Eropa Utara
- Asia Tengah, Asia Timur, dan Asia Barat
- Sebagian besar Amerika Serikat bagian selatan dan sekitarnya
- Afrika Utara dan wilayah sekitar Afrika Selatan
- Australia
- Amerika Selatan bagian selatan yang antara lain adalah Argentina dan Chile bagian selatan
Iklim sub tropis memiliki karakteristik unik yaitu musim panas
yang hangat dan musim dingin yang tidak terlalu dingin.
Iklim sub tropis umumnya terbagi menjadi dua jenis yaitu subtropis
basah dan mediterranean. Pada iklim subtropis basah, curah hujan yang tinggi
terjadi saat musim panas sedangkan pada iklim mediterranean, curah hujan yang
tinggi terjadi saat musim dingin.
· Iklim
Sedang
Hutan gugur merupakan contoh vegetasi iklim
sedang (valis)
Iklim sedang terbentang dari lintang 40′ (atau 35 di beberapa
sumber) hingga lintang 66.5′ di selatan dan utara.
Mayoritas penduduk di belahan bumi bagian utara tinggal di daerah
iklim sedang, seperti Eropa dan Amerika Utara. Hal ini terjadi karena
distribusi lahan yang luas di lintang sedang dan iklim yang tidak terlalu buruk
untuk kehidupan.
Pada zona iklim ini, sudah mulai ditemukan hutan gugur, hutan
konifer, dan padang stepa. Namun, jarang sekali ditemukan tundra dan taiga
karena suhu yang ada belum cukup dingin.
· Iklim
Dingin
Daerah Tundra merupakan contoh wilayah beriklim
dingin
Iklim dingin umumnya terjadi di wilayah yang dekat dengan kutub,
baik itu kutub utara maupun kutub selatan.
Contoh wilayah yang mengalami iklim dingin atau iklim kutub adalah
Antartika, Artik, Kanada Utara, Rusia Utara, dan Skandinavia bagian Utara.
Secara umum, iklim dingin terjadi pada wilayah antara 66.5′ hingga
90′ lintang utara maupun lintang selatan.
Pada wilayah beriklim dingin, musim dingin berlangsung lama dan
musim panas berlangsung cepat. Selain itu, malam hari di kawasan ini juga lebih
lama dibandingkan dengan siang hari, terkadang, terjadi fenomena midnight sun
di beberapa wilayah.
udara yang cenderung kering dan tanah yang membeku menjadi
permafrost juga merupakan ciri dari daerah beriklim dingin.
Jika kita bagi lebih detail lagi, terdapat dua klasifikasi iklim
dingin yaitu iklim kutub dan iklim tundra.
2. Klasifikasi Iklim Fisis
Klasifikasi iklim fisis
merupakan cabang klasifikasi iklim yang menjelaskan bahwa iklim berbeda-beda
tergantung dengan lokasinya dan kondisi bentang alamnya.
Pada iklim fisis,
terdapat 3 faktor yang mempengaruhi kondisi iklim suatu wilayah, yaitu
- Air
- Topografi
- Angin
Keberadaan air
memisahkan iklim fisis menjadi dua yaitu kontinental dan maritim. Kedua
klasifikasi iklim ini memiliki perbedaan pada suhu rata-ratanya serta amplitudo
suhu harian dan tahunannya.
Kondisi topografi
memisahkan iklim fisis menjadi dua yaitu iklim dataran rendah dan iklim dataran
tinggi. Kondisi topografi ini akan dibahas lebih lanjut oleh Junghuhn dalam
klasifikasi iklimnya.
Angin juga mempengaruhi
kondisi iklim suatu wilayah. Angin muson akan menyebabkan iklim muson, angin
pasat akan menyebabkan el-nino dan la-nina, sedangkan angin foehn akan
menyebabkan pemanasan lokal di daerah gunung.
· Iklim
Kontinental
Mayoritas wilayah Rusia didominasi oleh iklim
kontinental
Iklim kontinental adalah sebutan bagi wilayah yang lebih
dipengaruhi efek daratan dibandingkan dengan efek lautan.
Daerah dengan iklim kontinental umumnya memiliki
sifat sebagai berikut
1. Amplitudo suhu harian besar
2. Curah hujan lebih sedikit
3. Pada daerah 4 musim, amplitudo suhu tahunan
tinggi
Amplitudo suhu harian dan tahunan yang tergolong tinggi disebabkan
oleh sifat daratan yang mudah menyerap dan mengeluarkan panas.
Curah hujan yang sedikit disebabkan oleh laju penguapan yang
rendah dan jarak yang jauh dari badan air.
Namun, hal ini tidak berlaku bagi hutan hujan
tropis, seperti Kalimantan atau Amazon di Brazil. Daerah tersebut memiliki microclimate nya
tersendiri karena terdapat transpirasi yang sangat besar dari pepohonan yang
ada.
Oleh karena itu, siklus
air di wilayah-wilayah tersebut jauh berbeda dengan wilayah
lain pada umumnya.
· Iklim
Samudera/Maritim
Daerah pantai seperti Florida dan Rio de Janeiro
dipengaruhi oleh iklim maritim
Iklim maritim merupakan istilah bagi zona yang lebih dipengaruhi
oleh kedekatannya dengan laut dibandingkan dengan faktor lainnya.
Berbeda dengan iklim kontinental, iklim maritim memiliki
sifat-sifat sebagai berikut
1. Amplitudo suhu harian rendah
2. Pada daerah dengan 4 musim, amplitudo suhu
tahunan rendah
3. Terdapat banyak awan
4. Sering terjadi hujan
5. Pergantian antar musim terjadi secara perlahan (gradual)
Amplitudo suhu harian dan tahunan tergolong rendah karena terdapat
efek dari badan air sebagai regulator suhu. Hal ini juga yang menyebabkan
pergantian antar musim dampaknya tidak terjadi secara mendadak, melainkan
secara perlahan.
Awan yang banyak disebabkan oleh penguapan yang
tinggi dari badan air yang berada di dekat daerah beriklim maritim. Penguapan
dan perawanan yang banyak ini menyebabkan hujan sering terjadi.
· Iklim
Dataran Tinggi/Gunung
Gunung Matterhorn di Swiss Alps merupakan contoh
daerah dengan iklim Dataran Tinggi
Iklim ini umumnya terjadi di wilayah pegunungan
atau dataran tinggi seperti Pegunungan Alpin, Tibet, Bolivia, atau Peru.
Iklim dataran tinggi memiliki ciri khas sebagai berikut
1. Udara umumnya lebih kering dan dingin
dibandingkan dengan dataran rendah
2. Terdapat zona bayangan hujan karena efek
fohn
3. Terkadang turun salju (snowline) jika
sudah melewati ketinggian tertentu
Udara yang lebih kering dan dingin disebabkan oleh pendinginan
udara adiabatik ketika udara naik dari ketinggian rendah menuju ketinggian
tinggi.
Zona bayangan hujan yang disebabkan oleh angin fohn menyebabkan
daerah di iklim ini terbagi menjadi dua, yaitu zona yang sangat basah dan zona
yang sangat kering. Contoh dari fenomena ini adalah di India Utara.
· Iklim
Muson
Iklim muson merupakan sebutan bagi wilayah yang
dipengaruhi oleh efek angin muson.
Contoh wilayah yang terdampak oleh angin muson
adalah asia tenggara, australia, india, dan pesisir timur afrika (Indian
Ocean Dipole Mode)
Iklim muson memiliki ciri khas sebagai berikut
1. Setengah tahun bertiup angin yang menyebabkan
hujan
2. Setengah tahun bertiup angin yang menyebabkan
kemarau
Angin yang menyebabkan hujan umumnya berasal dari laut sehingga
membawa banyak uap air.
Sedangkan angin yang menyebabkan kemarau biasanya melewati banyak
gurun, pegunungan, atau dataran sehingga tidak memiliki banyak uap air
3. Klasifikasi iklim
Junghuhn
Junghuhn merupakan
seorang ahli botani dan geolog yang berasal dari Belanda-Jerman.
Pada tahun 1840an,
Junghuhn pergi ke pulau Jawa untuk meneliti mengenai tananaman apa saja yang
mungkin ditanam oleh pemerintah kolonial Belanda.
Berdasarkan penelitiannya tersebut, Junghuhn menemukan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara ketinggian suatu wilayah dengan tanaman yang dapat dibudidayakan pada wilayah tersebut.
Beranjak dari risetnya
tersebut, Junghuhn mengeluarkan asumsi bahwa terdapat 4 zona budidaya tanaman
pada pulau Jawa. Zona tersebut antara lain adalah
· Zona
Panas
Zona iklim panas menurut
Junghuhn bermulai pada ketinggian 0 hingga 600m di atas permukaan laut.
Rata-rata suhu pada zona ini adalah 22 hingga 26,3 derajat celsius.
Karena suhu udara pada
zona ini relatif lebih panas dibandingkan dengan zona lainnya, tidak semua
tanaman dapat ditanam di wilayah ini.
Tanaman yang dapat
ditanam pada zona panas antara lain adalah padi, jagung, kopi, tembakau, tebu,
karet, kelapa, dan tanaman cokelat.
· Zona
Sedang
Menurut Junghuhn, zona
iklim sedang terletak antara ketinggian 600m hingga 1500m diatas permukaan
laut.
Zona iklim sedang
umumnya memiliki suhu antara 17,1 hingga 22 derajat celsius. Suhu pada zona ini
lebih dingin dibandingkan dengan zona panas, sehingga tanaman yang cocok
ditanam pun berbeda.
Tanaman yang dapat
ditanam pada zona iklim sedang antara lain adalah padi, tembakau, teh, kopi,
coklat, kina, dan sayur-sayuran seperti kol, sawi, bayam, selada, dan sayur
lainnya.
· Zona Sejuk
Zona iklim sejuk
terletak antara ketinggian 1500m hingga 2500m diatas permukaan laut.
Suhu udara zona sejuk
berkisar pada 11 hingga 17 derajat celsius. Karena suhu yang sudah tergolong
cukup dingin pada wilayah ini, tidak banyak tumbuhan yang dapat tumbuh dengan
subur.
Tumbuhan yang umumnya
ditanam pada zona sejuk adalah teh, kopi, kina, dan sayur sayuran. Selain itu,
zona sejuk juga umumnya ditanami pohon kayu seperti jati mahoni (mahogany)
serta pinus.
Contoh wilayah yang
masuk kedalam zona iklim sejuk adalah Bandung, Lembang, dan Dataran Tinggi
Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah.
· Zona Dingin
Zona dingin adalah zona
iklim tertinggi di dalam klasifikasi Junghuhn. Semua daerah yang memiliki ketinggian
diatas 2500m dikategorikan sebagai zona iklim dingin.
Di dalam zona iklim
dingin, suhu udara yang kita rasakan berkisar diantara 6,2 hingga 11 derajat
celsius, sangat dingin bukan!
Karena suhu yang sangat
dingin, sulit bagi tanaman untuk hidup pada wilayah ini. Manusia saja sulit,
apalagi tanaman bukan?
Mayoritas tanaman yang
dapat tumbuh adalah lumut, tanaman kayu seperti jati dan pinus, serta semak
belukar seperti yang sering kita temui di pegunungan
Apakah Iklim Junghuhn
Bisa dipakai di Negara Lain?
Kalian pernah gak sih
bertanya-tanya, kira-kira iklim junghuhn bisa dipakai di negara lain gak ya?
Kan faktor yang mempengaruhinya cuma ketinggian toh?
Well, jawabannya tidak
semudah itu. Kita sudah pelajari sebelumnya bahwa terdapat iklim fisis dan
iklim matahari yang juga mempengaruhi iklim dunia.
Oleh karena itu,
ketinggian 1000m di Indonesia belum tentu sama dengan ketinggian 1000m di
Ethiopia, dan ketinggian 2000m di Indonesia belum tentu sama dengan ketinggian
2000m di Norwegia.
Bahkan, ketinggian 1000m
di Pulau Jawa, tempat Junghuhn meneliti, belum tentu sama dengan ketinggian
1000m di Pulau Papua atau Pulau Kalimantan.
Jadi, apakah klasifikasi
iklim Junghuhn dapat digunakan di negara lain? Jawabannya adalah kemungkinan
besar tidak. Iklim Junghuhn saja sulit untuk digunakan di pulau lain selain
pulau Jawa, apalagi di negara lain.
4. Klasifikasi iklim
Schmidt-Ferguson
Schmidt dan Ferguson
mengembangkan sistem klasifikasi iklim pada tahun 1950 karena mereka merasa
bahwa sistem yang ada pada saat itu tidak representatif terhadap kondisi iklim
Indonesia.
Sistem klasifikasi iklim yang populer pada saat itu adalah Koppen dan Thornwaite. Namun, kedua sistem ini dirasa kurang cocok untuk Indonesia, terutama dalam menilai bulan basah dan kering.
Kriteria Iklim
Schmidt-Ferguson
Dalam melakukan
klasifikasi iklim, dikenal 3 jenis bulan, yaitu bulan basah, bulan kering, dan
bulan lembab.
- Bulan basah = Curah hujan >
100mm/bulan
- Bulan lembab = Curah hujan
60-100mm/bulan
- Bulan kering = Curah hujan <
60mm/bulan
Berdasarkan klasifikasi
diatas, dihitung nilai Q dari sebuah wilayah, yaitu nilai banyaknya bulan
kering dibagi banyaknya bulan basah.
Q = (Bulan Kering/Bulan
Basah) x 100%
Dari perhitungan nilai
Q, kita dapat mengetahui kondisi iklim suatu wilayah.
5. Klasifikasi iklim
Oldeman
Oldeman
mengklasifikasikan iklim suatu wilayah berdasarkan jumlah bulan basah atau
bulan kering yang berturut-turut. Selain itu, iklim oldeman juga umumnya
dihubungkan dengan zonasi komoditas.
Karena memiliki hubungan
yang erat dengan pola penanaman komoditas, iklim oldeman kerap pula disebut
sebagai iklim agroklimat.
Kriteria Iklim Oldeman
Dalam iklim oldeman,
kita mengenal 3 jenis bulan, yaitu bulan basah, bulan kering, dan bulan lembab.
- Bulan basah = Curah hujan >
200mm/bulan
- Bulan kering = Curah hujan <
100mm/bulan
- Bulan lembab = Curah hujan =
100 hingga 200mm/bulan
Tipe Iklim dalam
Klasifikasi Oldeman
Tipe iklim dalam
klasifikasi Oldeman ada dua, yaitu tipe utama dan sub-tipe. Tipe utama ditandai
dengan huruf sedangkan sub tipe ditandai dengan angka.
- Iklim A = Bulan basah
berturut-turut > 9 kali
- Iklim B = Bulan basah
berturut-turut 7-9 kali
- Iklim C = Bulan basah
berturut-turut 5-6 kali
- Iklim D = Bulan basah
berturut-turut 3-4 kali
- Iklim E = Bulan basah
berturut-turut < 3 kali
- 1 = Bulan kering <= 1 kali
- 2 = Bulan kering 2-3 kali
- 3 = Bulan kering 4-6 kali
- 4 = Bulan kering > 6 kali
Zona Agroklimat Oldeman
Iklim Oldeman sangat
penting dalam menentukan musim tanam komoditas, terutama padi
Seperti yang sudah
dijelaskan diatas, klasifikasi iklim Oldeman sangat erat kaitannya dengan
pertanian. Berikut ini adalah klasifikasi zona pertanian berdasarkan iklim
Oldeman
- A1, A2 = Sesuai untuk penanaman
padi terus menerus namun produktivitas agak rendah karena sinar matahari
lebih sedikit
- B1 = Sesuai untuk penanaman
padi terus menerus
- B2 = Tanam padi dua kali
setahun, namun varietas umur pendek
- C1 = Tanam padi sekali dan
palawija dua kali setahun.
- C2, C3, C4 = Tanam padi sekali
dan palawija dua kali setahun. Namun penanaman palawija harus hati-hati
karena bertepatan pada bulan kering/musim kemarau
- D1 = Panen tanaman padi berumur
pendek satu kali karena kerapatan sinar matahari tinggi
- D2, D3, D4 = Memungkinkan untuk
satu kali menanam padi dan satu kali menanam palawija, tergantung dengan
irigasi
- E = Wilayah kering dan tandus,
tanaman palawija belum tentu dapat tumbuh di daerah ini
6. Klasifikasi iklim Koppen
Klimatolog
keturunan Jerman-Rusia Wladimir Köppen membagi iklim berdasarkan curah hujan
dan temperatur. Ada lima tipe iklim menurut Köppen:
Iklim A (iklim
hujan tropis):
Temperatur
bulanan rata-rata lebih dari 18 derajat celsius, suhu tahunan
20-25 derajat celsius, curah hujan bulanan lebih dari 60 milimeter.
Iklim B (iklim
kering/gurun):
Curah hujan
lebih kecil dari pada penguapan. Terbagi menjadi Iklim stepa dan iklim gurun.
Iklim C (iklim
sedang basah):
Temperatur
bulan terdingin -3-18 derajat celsius. Terbagi menjadi: Cs (iklim sedang
laut dengan musim panas yang kering), Cw (iklim sedang laut dengan musim dingin
yang kering), dan Cf (iklim sedang darat dengan hujan dalam semua bulan)
Iklim D (iklim
dingin):
Temperatur
bulan terdingin kurang dari 3 derajat celsius, temperatur bulan terpanas lebih
dari 10 derajat celsius. Terbagi menjadi Dw (iklim sedang di darat dengan
musim dingin yang kering), dan Df (iklim sedang di darat dengan musim dingin
yang lembab).
Iklim E (iklim
kutub):
Bulan terpanas
temperaturnya kurang dari 10 derajat celsius. Terbagi menjadi Et (Iklim
tundra),dan.Ef (Iklimsalju)
No comments:
Post a Comment
good luck